Dan kau membawaku kedalam sudut sempit sebuah ruang,
kunyalakan lilin kecil ini dan aku berlutut pelan,
menyapa bumi,bercakap sejenak,mendiskusikan alur waktu yang telah
tertinggal semakin jauh."Aku takkan kembali lagi di masa itu "kataku
kepada bumi,sekalipun aku memahami semuaini dari waktu yang telah beranjak
pergi,namun aku takkan kembali lagi.
"Padamkanlah lilin itu dan beranjaklah menemui bintang,jangan biarkan
waktu mengikatmu dalam jejak tak beraturan yang telah kau ciptakan,berjalanlah
lagi dan biarkan kakimu membuat langkah baru dalam tubuhku dengan lebih tertata
,seirama dengan nafas yang tak lagi sama" kata bumi
BELIEVE
2014
Dalam doaku malam ini
kan kujadikan kau seperti langit yang terang karna bulan
menjelma menjadi matahari dimalam2 sepi,
menjadi pelita dari titik terjauh yang menjauhkanku dari jatuh..
Dan ketika malam semakin larut kau tetap becahaya sempurna
tetap menjadi teman seperjalanan mengarungi malam,
bersama burung-burung malam yang bersahutan memecah sepinya hati..
Biarkan angin malam menerbangkan lamunan sampai ke ujung antah berantah
aku tetap bersamamu cahaya bulan tak ada rasa namun aku tahu kau tetap ada
Tak ada kata namun tetap berbicara pada hati..
BELIEVE 2014
kan kujadikan kau seperti langit yang terang karna bulan
menjelma menjadi matahari dimalam2 sepi,
menjadi pelita dari titik terjauh yang menjauhkanku dari jatuh..
Dan ketika malam semakin larut kau tetap becahaya sempurna
tetap menjadi teman seperjalanan mengarungi malam,
bersama burung-burung malam yang bersahutan memecah sepinya hati..
Biarkan angin malam menerbangkan lamunan sampai ke ujung antah berantah
aku tetap bersamamu cahaya bulan tak ada rasa namun aku tahu kau tetap ada
Tak ada kata namun tetap berbicara pada hati..
BELIEVE 2014
Ilustrasi Gambar :
http://kamipastipeduli.blogdetik.com/2009/07/21/jembatan-penyebrangan-wonokromo/
http://kamipastipeduli.blogdetik.com/2009/07/21/jembatan-penyebrangan-wonokromo/
Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun,
sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah.
Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo,
karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat
penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak
tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas
perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi
yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri
yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia
diusir dari rumah orang tuanya.
Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik
untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun
yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat
dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan
seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas
berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang
putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya
untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.
Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus
menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia
bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari
4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan
Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan
semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang
tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa
pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di
samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.
Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak
mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang
seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia
tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian
bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik
dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.
Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin
sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah
menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi
ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin
mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali,
bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah
dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering
sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan
memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus
bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama
hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.
Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan
studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak
dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia
masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah
kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai
babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon
suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun
hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan
kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di
gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya
yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari
putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu
hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia
merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai
seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong
cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah
putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena
keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia
melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.
Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan
bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi
bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga
tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya
telah dikabulkan.
Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan
binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya
sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak
darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil
menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau
mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada
putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia
sangat menyayangi putrinya.
Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui
siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa
bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia
ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah
jompo.
Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya.
Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya,
dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.
Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi,
tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan
bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia
meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali
lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah
kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.
Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun
dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar
rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap
memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya
sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia
menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus,
karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah
putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang
berada dlm keadaan sakit.
Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah
putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di
mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ?
Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor:
"Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah
kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang
rumah!"
"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin
memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin
yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran
dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata
wanita tua itu.
"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan
menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau
datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan
putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir
ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.
Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah
beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam
telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam
teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di
depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!"
Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga
perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya
yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang
tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan
waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun
malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm
setahun. Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap
menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari
tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada
Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di
hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk
menelpon saja kita tidak punya waktu.
Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan
sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga
maupun hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita
terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan
kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih
kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?
sumber :