“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari
siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi,
sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84)”
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
“seorang terpelajar harus sudah
berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”
― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind
― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind
“Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap
yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang-orang
lain pandai”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“seorang terpelajar harus sudah berbuat adil
sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”
― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind
― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau
lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin,
akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84)”
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
“Menulis adalah sebuah keberanian...”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Kau akan berhasil dalam setiap
pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap
semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran
apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan
semua”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan
berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa
jajah kita.”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Dan alangkah indah kehidupan tanpa
merangkak-rangkak di hadapan orang lain”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Kehidupan ini seimbang, Tuan.
Barangsiapa hanya memandang pada keceriannya saja, dia orang gila. Barangsiapa
memandang pada penderitaannya saja, dia sakit.
(Anak Semua Bangsa, h. 199)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Anak Semua Bangsa, h. 199)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa
ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Jangan sebut aku perempuan sejati
jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki
untuk aku cintai. (Nyai Ontosoroh)”
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
“Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat
hanya tafsirannya
(Rumah Kaca, h. 46)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Rumah Kaca, h. 46)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang
tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi
yang tahu benar akan tujuan hidupnya
(Rumah Kaca, h. 409)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Rumah Kaca, h. 409)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya
keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus
kalah tanpa kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal
dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang itu bisa dinamai pejuang dia
tidak akan menyerah. Bahasa Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah
daripada menyerah
(Prahara Budaya, h. 187)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Prahara Budaya, h. 187)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa
pun tentang kenyataan
(Anak Semua Bangsa, h. 199)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Anak Semua Bangsa, h. 199)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Barangsiapa muncul di atas masyarakatnya, dia
akan selalu menerima tuntutan dari masyarakatnya-masyarakat yang menaikkannya,
atau yang membiarkannya naik.... Pohon tinggi dapat banyak angin? Kalau Tuan
segan menerima banyak angin, jangan jadi pohon tinggi”
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
“Saya selalu percaya--dan ini lebih merupakan
sesuatu yang mistis--bahwa hari esok akan lebih baik dari hari sekarang.”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Jarang orang mau mengakui, kesederhanaan adalah
kekayaan yang terbesar di dunia ini: suatu karunia alam. Dan yang terpenting
diatas segala-galanya ialah keberaniannya. Kesederhaan adalah kejujuran, dan
keberanian adalah ketulusan.”
― Pramoedya Ananta Toer, Mereka Yang Dilumpuhkan
― Pramoedya Ananta Toer, Mereka Yang Dilumpuhkan
“Semakin tinggi sekolah bukan
berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas
(Bumi Manusia, h. 138)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Bumi Manusia, h. 138)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Pada akhirnya persoalan hidup
adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana lebih suka
mati sekali daripada berkali-kali
(Rumah Kaca, h. 443)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Rumah Kaca, h. 443)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku
adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“At the beginning of all growth, everything
imitates.”
― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind
― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind
“Jangan anggap remeh si manusia, yang
kelihatannya begitu sederhana;biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu
setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat
menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan
bakal bisa kemput
(Bumi Manusia, h. 119)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Bumi Manusia, h. 119)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Jangan kau mudah terpesona oleh nama-nama. Kan
kau sendiri pernah bercerita padaku: nenek moyang kita menggunakan nama yang
hebat-hebat, dan dengannya ingin mengesani dunia dengan kehebatannya—kehebatan
dalam kekosongan. Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama, dia berhebat-hebat
dengan ilmu pengetahuannya. Tapi si penipu tetap penipu, si pembohong tetap
pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya.
(Anak Semua Bangsa, h. 77)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun
pasti bisa dilawan oleh manusia.(Anak Semua Bangsa, h. 77)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Anak Semua Bangsa, h. 204)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik.
Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya , tapi tentang surga, dan
jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini".”
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
“Barang siapa mempunyai sumbangan pada kemanusian
dia tetap terhormat sepanjang jaman, bukan kehormatan sementara. Mungkin orang
itu tidak mendapatkan sesuatu sukses dalam hidupnya, mungkin dia tidak
mempunyai sahabat, mungkin tak mempunyai kekuasaan barang secuwil pun. Namun
umat manusia akan menghormati karena jasa-jasanya.”
― Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2
― Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2
(Jejak Langkah, h. 32)
”
“Biarlah hati ini patah karena sarat
dengan beban, dan biarlah dia meledak karena ketegangan. Pada akhirnya
perbuatan manusia menentukan, yang mengawali dan mengakhiri. Bagiku, kata-kata
hiburan hanya sekedar membasuh kaki. Memang menyegarkan. Tapi tiada arti.
Barangkali pada titik inilah kita berpisah..
(Arus Balik, h. 669)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Arus Balik, h. 669)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Tak ada satu hal pun tanpa bayang-bayang, kecuali terang itu sendiri.”
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
“Setiap pengalaman yang tidak dinilai baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain akan tinggal menjadi sesobek kertas dari buku hidup yang tidak punya makna. Padahal setiap pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan”
― Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2
“Barang siapa tidak tahu bersetia pada azas, dia terbuka terhadap segala kejahatan: dijahati atau menjahati. (Mama, 4)”
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
“Mendapat upah kerena menyenangkan orang lain yang tidak punya persangkutan dengan kata hati sendiri, kan itu dalam seni namanya pelacuran?”
― Pramoedya Ananta Toer
“Kowé kira, kalo sudah pake pakean Eropa, bersama orang Eropa, bisa sedikit bicara Belanda lantas jadi Eropa? Tetap monyet!”
― Pramoedya Ananta Toer
“Orang Cendekia sudah harus adil sejak dari pikiran”
― Pramoedya Ananta Toer
“Sebagai pengarang saya masih lebih percaya kepada kekuatan kata daripada kekuatan peluru yang gaungnya hanya akan berlangsung sekian bagian dari menit, bahkan detik.”
― Pramoedya Ananta Toer
“Tanpa wanita takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia takkan ada yang memuji kebesaranMu. Semua puji-pujian untukMu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan.”
― Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
Bagaimanapun masih baik dan masih beruntung pemimpin yang dilupakan oleh pengikut daripada seorang penipu yang jadi pemimpin yang berhasil mendapat banyak pengikut. (Pangemanann, 443)
“Semua yang terjadi d bawah kolong
langit adalah urusan setiap orang yang berpikir”
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
“Setiap ketidakadilan harus dilawan, walaupun hanya dalam hati.
(Saya Terbakar Amarah Sendirian! h. 45)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Nilai yang diwariskan oleh kemanusiaan hanya untuk mereka yang mengerti dan membutuhkan. Humaniora memang indah bila diucapkan para mahaguru—indah pula didengar oleh mahasiswa berbakat dan toh menyebalkan bagi mahasiswa-mahasiswa bebal. Berbahagialah kalian, mahasiswa bebal, karena kalian dibenarkan berbuat segala-galanya
(Rumah Kaca, h. 39)
”
― Pramoedya Ananta Toer
“Lihat, ini Arok, yang tetap mempertahankan Tumapel. Dia dan pasukannya akan mempertahankannya sampai titik darah terakhir. Bukan karena imbalan uang, emas dan perak dan singgasana. Hanya karena kesetiaan pada janji.”
― Pramoedya Ananta Toer, Arok Dedes
“Binatang itu bicara, makan -- tapi
tak mengerti dirinya sendiri. Dan aku begitu juga.”
― Pramoedya Ananta Toer, Mereka Yang Dilumpuhkan
― Pramoedya Ananta Toer, Mereka Yang Dilumpuhkan
“Tidak, yang mati tidak harus bisu. Energi mereka tetap hidup melalui berbagai cara,jalan dan sarana, terutama melalui kenangan dan mulut para nyawa yang lolos dari saringannya di Buru ini. Pada suatu kali mungkin ada yang mampu mencatatnya tanpa tangannya gemetar dan tanpa membasahi kertasnya
(Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, h. 181)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Saya masih berpendapat bahwa Multatuli besar jasanya kepada bangsa Indonesia., karena dialah yang menyadarkan bangsa Indonesia bahwa mereka dijajah. Sebelumnya, di bawah pengaruh Jawanisme, kebanyakan orang Indonesia bahkan tidak merasa bahwa mereka dijajah.
(Saya Terbakar Amarah Sendirian! h. 15)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Dan bukankan satu ciri manusia
modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi
individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung mengangkat sebangsanya
yang lemah, memberinya lampu pada yang kegelapan dan memberi mata pada yang
buta”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri di tengah-tengah hutan atau samudera masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan selama ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai dan menguasai, orang berpolitik
(Rumah Kaca, h. 420)
“Kau mengabdi pada tanah ini, tanah yang memberimu nasi dan air. Tapi para raja dan para pengeran dan para bupati sudah jual tanah keramat ini pada Belanda. Kau hanya baru sampai melawan para raja, para pangeran, dan para bupati. Satu turunan tidak bakal selesai. Kalau para raja, pangeran, dan bupati sudah dikalahkan, baru kau bisa berhadapan pada Belanda. Entah berapa turunan lagi. Tapi kerja itu mesti dimulai.
(Gadis Pantai, h.121)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Ibu bapak tani—ibu bapak tanah air—akan meratapi putera-puterinya yang terkubur dalam udara terbuka di atas rumput hijau, di bawah naungan langit biru di mana awan putih berarak dan angin bersuling di rumpun bambu. Kemudian tinggallah tulang belulang putih yang bercerita pada musafir lalu, “ Di sini pernah terjadi pertempuran. Dan aku mati di sini.”
(h. 22)”
― Pramoedya Ananta Toer, Percikan Revolusi Subuh
“Kami memang orang miskin. Di mata orang kota kemiskinan itu kesalahan. Lupa mereka lauk yg dimakannya itu kerja kami.”
― Pramoedya Ananta Toer, House of Glass
“Di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana.”
― Pramoedya Ananta Toer, Bukan Pasarmalam

0 komentar