Waktu melambat,bersama angin yang bergerak perlahan
mengantarku pulang,namun tidak dengan hembus nafasku ,yang makin memburu ,berpacu
dengan asap pekat egoisme peradaban sekarang.Masih tetap bertahan dijalur lambat,biarkanlah
aku terlambat karna waktu tak menuntutku seperti pagiku,tak melulu tentang
kecepatan,tak melulu tentang ketakutan sebelum jam berdentang aku harus
datang..
Langit senja usai sudah tertimpa gelap ,langit malam berawal
dari pendar cahaya mata kota ,dan aku masih berada diantara tengah-tengah
kumpulan keresahan para hamba nominal yang berteriak dengan ujung jempol .Terus bertambah pekat ,makin merapat
,antara bau keringat dan asap bersama ketidak wajaran yang menjadi wajar dan
kesunyian sudah lama mati .
Pada senja yang gelisah,aku masih berjalan dan tetap perlahan namun bukan tanpa
harapan,kepada ibu ku yang bukan Ibu kotaku ,aku akan selalu ceritakan
perjalanan ini kepadamu ketika pulang,cerita tentang waktu yang kini takkan
bisa kau rasakan lagi,tentang jiwa-jiwa yang sunyi diantara belantara waktu,Jangan
bersedih lagi ibu ,beda dimensi ini takkan membuatku lupa,semua masih setia
berputar disetiap detik perjalananku tanpamu ,akupun masih ingat ketika langkah
kakiku memasuki peron,suara -suara
petugas stasiun yang terlalu monoton menyebut kata yang sama , pedagang asongan
yang lalu lalang ,orang-orang yang duduk
dengan ribuan harapan diantara bangku-bangku yang selalu menjadi saksi bisu,dan
aku salah satu dari orang-orang dengan ribuan harapan itu,harapan untuk lari
dari kenyataan pahit yang pernah aku
rasa dalam ribuan detik bersamamu , dan dulu aku berfikir stasiun
adalah sebuah bagian terakhir dari setiap penantian dan awal dari sebuah harapan,harapan untuk membawa sebuah keadaan ini naik selangkah
demi selangkah meninggalkan mendung hitam yang makin hari semakin gelap dalam
kehidupan di sebuah desa yang antah berantah.
Ketika klakson kereta pun mulai
meraung-raung dalam ruang sepanjang
114 meter ,pluit petugas stasiun pun berteriak,
mengabarkan kepada masinis untuk segera berjalan bersama ribuan harapan selamat
sampai tujuan,tak seberapa lama terdengar roda besi itu mulai beradu dengan
panjangnya rel yang akan membawaku dalam sebuah harapan yang baru fikirku..Hhmm
semoga dalam hatiku berkata,sebuah doa dan harapan dari sebuah keputusasaan,diantara
sempitnya ruang bordes kereta.Bau toilet didepanku yang menusuk hidung tak bias menggangu bayangan –bayangan yang semakin masuk fikirku bergerak di sisi
terdalam rotasi kenangan itu,suara-suaramu yang memanggilku ketika aku lepas
dari pandangan matamu,tak ingin aku hilang dan tertinggalkan, itu masih terasa
dan begitu haru aku mengingatmu.Namun demi bintang-bintang yang kutatap dalam
setiap malam sepiku aku mendiskusikan rencana lain ,rencana Mu ataukah hanya
tentang ego yang inginkan kehidupan berjalan lebih baik, aku dulu tak sempat bertanya
lebih jauh padamu sang empunya alam semesta.
Hari telah berganti
minggu,berganti bulan langit gelap dan terang saling mengisi ,wajah-wajah lama mulai berganti dengan wajah- wajah asing ,inikah
sebuah awal perubahan? Satu titik balik
dalam harapan yang dulu selalu menganggu malamku?,seperti inikah
kenyataan yang pernah aku diskusikan dulu bersama bintang-bintang ?pertanyaan2
itu pun mulai bergantian menginterogasi
hatiku..Tapi mengapa masih ada keresahan yang keluar dari dalam,meronta seakan
ingin keluar,ingin meledak,hancur dan melebur dalam otakku,dan sampai saat ini pun ketenangan
belum berpihak padaku keluhku,demikianlah sampai suatu ketika kabar menyambar bagai petir
ditelinggaku dan menyeretku kembali pada ratusan kilometer ke timur,membuat
seketika pikiranku kosong,tak terasa mata berkaca,rindu yang semula bergejolak
pelan pun semakin kencang berpadu dengan penyesalan,bergantian bersahutan .Inikah
harapan yang dulu aku impikan? Impian yang aku harapkan menjadi pondasi2 untuk membangun
istana kebahagiaan untukmu ibu?.Dengan mimpi-mimpi itu aku sia-siakan saat
terakhirmu berbagi udara dengan pohon-pohon didepan rumah,berbagi makanan
dengan kucing-kucing lucu itu,semua itu begitu saja kulewatkan dengan
mimpi-mimpiku yang akhirnya hilang ditelan deru mesin kereta yang membawaku
pulang bersama penyesalan..
Kini harapan itu pun mulai tumbuh lagi seiring tahun yang berlalu ,kepergianmu meninggalkan banyak pelajaran, kekuatan,kesabaran ,arti sebuah kesendirian dan ribuan rintangan yang akan datang.
Maafkan aku ibuku tercinta,semoga kau tenang disurga,dalam dimensi yang berbeda ini aku akan terus berdoa,
BELIEVE
Kebon jeruk.2013

0 komentar