Survei Pemerintah Indonesia
Hasil survei dan penelitian kemudian dipresentasikan pada berbagai pertemuan ilmiah baik di tingkat nasional maupun internasional, bahkan mendapat apresiasi dari Prof. Dr. Oppenheimer. Kemudian tim katastrofi purba menginisiasi pembentukan tim peneliti yang difokuskan untuk melakukan studi lanjutan di Gunung Padang,dimana para anggota peneliti diperluas dan melibatkan berbagai bidang disiplin ilmu dan berbagai keahlian. Sebut saja Dr. Ali Akbar seorang peneliti prasejarah dari Universitas Indonesia, yang memimpin penelitian bidang arkeologi. Kemudian Pon Purajatnika, M.Sc., memimpin penelitian bidang arsitektur dan kewilayahan, Dr. Budianto Ontowirjo memimpin penelitian sipil struktur, dan Dr. Andang Bachtiar seorang pakarpaleosedimentologi, memimpin penelitian pada lapisan-lapisan sedimen di Gunung Padang. Seluruh tim peneliti itu tergabung dalam Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang yang difasilitasi kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Menariknya seluruh pembiayaan penelitian dilakukan secara swadaya para anggota peneliti.
Berbagai temuan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang ini akhirnya dilakukan uji radiometrik karbon (carbon dating, C14). Menariknya hasil uji karbon pada laboratorium Beta Miami, di Florida AS, menera bahwa karbon yang didapat dari pengeboran pada kedalaman 5 meter sampai dengan 12 meter berusia 14.500-25.000 tahun. Hasil laporan selengkapnya sebagai-berikut:
Bangunan di bawah permukaan situs Gunung Padang terbukti secara ilmiah lebih tua dari Piramida Giza.Hal ini merujuk pada hasil pengujian karbon dating Laboratorium Batan (indonesia) dengan metoda LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman -4m pada lokasi bor coring 1, usia material paleosoil adalah 5500 +130 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian material pasir di kedalaman -8 s.d. -10 m pada lokasi coring bor 2 adalah 11000 + 150 tahun.
Hasil Laboratorium Beta Analytic Miami
Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida,minggu lalu tambahnya dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya sekitar 14500 – 23000 SM/atau lebih tua. Sementara beberapa sample konsisten dengan apa yg di lakukan di Lab BATAN. Kita tahu laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait carbon dating.
Kedua laboratorium ini menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel di laboratorium BATAN. Sebelumnya,tim riset terpadu mandiri telah melakukan uji terkait usia Gunung Padang di laboratorium BATAN, namun tidak banyak respon positif, bahkan meragukannya. Padahal hasil yang diperoleh oleh kedua laboratorium itu tidak banyak berbeda, Sudah saatnya kita percaya terhadap kemampuan dan kualitas para ilmuwan serta laboratorium nasional seperti BATAN, berikut hasil uji di kedua laboratorium tersebut:
1. Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) ,sekitar 600 tahun SM (hasil carbon dating dari sampel yg diperoleh Arkeolog, Dr. Ali Akbar,anggota tim riset terpadu di Laboratorium Badan Atom Nasional (BATAN);
2. Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua (diambil dari hasil analisis BATAN;
3. Umur lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter diduga man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia)dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2,sekitar 7600-7800 SM (Laboratorium BETA Miami, Florida)
4. Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau lebih tua (Lab Batan);
5. Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua (lab BETA Miami Florida).
Sebelumnya tim riset katastropik purba dan dilanjutkan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang menemukan beberapa hal penting:
Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida,minggu lalu tambahnya dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya sekitar 14500 – 23000 SM/atau lebih tua. Sementara beberapa sample konsisten dengan apa yg di lakukan di Lab BATAN. Kita tahu laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait carbon dating.
Kedua laboratorium ini menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel di laboratorium BATAN. Sebelumnya,tim riset terpadu mandiri telah melakukan uji terkait usia Gunung Padang di laboratorium BATAN, namun tidak banyak respon positif, bahkan meragukannya. Padahal hasil yang diperoleh oleh kedua laboratorium itu tidak banyak berbeda, Sudah saatnya kita percaya terhadap kemampuan dan kualitas para ilmuwan serta laboratorium nasional seperti BATAN, berikut hasil uji di kedua laboratorium tersebut:
1. Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) ,sekitar 600 tahun SM (hasil carbon dating dari sampel yg diperoleh Arkeolog, Dr. Ali Akbar,anggota tim riset terpadu di Laboratorium Badan Atom Nasional (BATAN);
2. Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua (diambil dari hasil analisis BATAN;
3. Umur lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter diduga man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia)dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2,sekitar 7600-7800 SM (Laboratorium BETA Miami, Florida)
4. Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau lebih tua (Lab Batan);
5. Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua (lab BETA Miami Florida).
Sebelumnya tim riset katastropik purba dan dilanjutkan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang menemukan beberapa hal penting:
Penelitian Lebih Lanjut
Pembukaan semak-semak pada sisi Tenggara teras 5 ke arah bawah menemukan 20 tingkat terasering punden berundak disusun oleh masyarakat yang berbudaya gotong royong mempunyai kemampuan teknologi yang maju. Terasering punden berundak ini mematahkan hipotesis penelitian sebelumnya bahwa situs gunung Padang hanya terdiri dari 5 teras pada area seluas 900 m2. Dengan dibukanya 20 tingkat terasering menunjukan bahwa situs gunung Padang sangat besar. Diperkirakan zona inti utama situs gunung Padang lebih besar dari 25 hektar.
Pembukaan semak-semak dan hasil pemindaian bumi dengan Georadar pada sisi Timur teras 2 ke arah bawah menemukan bentuk struktur pintu gerbang buatan manusia. Hasil pengambilan sampel dengan bor coring 1, memastikan struktur buatan manusia sampai dengan kedalaman -27m dari permukaan teras 3. Hasil pengambilan sampel dengan bor coring 2, menemukan struktur rongga2 besar buatan manusia yang berisi pasir dengan butiran yang sangat seragam. Hasil pengukuran dengan geomagnetik menemukan anomali medan magnetik yang besar pada teras 2.
6. Adanya tanda-tanda berbentuk gambar atau cekungan buatan manusia pada setiap batu yang berada di teras 1 s.d. 5. Penelitian mengenai makna bentuk gambar dan aksara yang terbentuk pada batu breksi andesit merupakan hal terbaru.
Selain riset dan survei, kajian pustaka terus dilakukan. Sebut saja pada Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat "kabuyutan" (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat ini[13]. Menurut legenda, Situs Gunungpadang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan.
Penelitian apakah di bawah permukaan Gunung Padang ada bangunan telah dilakukan oleh beberapa tim ahli : 1. Tim dari Badan Geologi ESDM; 2. Tim dari Kemenristek 3. Tim Arkeologi Nasional; 4. Tim Katastrofi Purba yang kemudian menjadi Tim Terpadu Riset Mandiri. Tim pertama, kedua, dan ketiga sudah menyimpulkan bahwa tidak ada bangunan di bawah permukaan gunung padang. Adapun luasan gunung padang adalah 900 meter persegi seperti sejak ditemukan NJ Krom. Ini kesimpulan final yang secara resmi hasil risetnya ada tertulis. Tim keempat, Tim terpadu Riset mandiri berkesimpulan berbeda dan sudah menemukan bukti kuat sebagai fakta awal bahwa ada bangunan di bawah permukaan gunung Padang, dan luasannya jauh lebih besar dari yang ada sekarang seperti yang disimpulkan ketiga tim lainnya. Dengan prinsip menghargai perbedaan dan menjaga etika riset, maka menjadi kewajiban tim terpadu untuk membuktikan lebih lanjut keseluruhan hipotesanya. Tim terpadu akan menepati janjinya, beberapa hari ke depan riset dilanjutkan. Diharapkan tidak lebih dari satu bulan, temuan baru sejarah Indonesia akan diumumkan. Kita berharap masyarakat mengawasi, para ahli saling menahan diri dan menghormati keberlangsungan riset beserta semua temuan risetnya nanti. Kita bangun iklim yang sehat dalam dunia riset Indonesia. Kita yakin keempat tim yang meneliti gunung padang memiliki niat dan kejujuran intelektual yang sama. Skeptisme tak dilarang, itu ciri saintis sejati. Dan, ciri saintis sejati pula untuk merubah skeptisme itu menjadi dukungan jika ternyata semua hipotesa terbukti.
Jika dilihat dari atas, gunung padang terlihat sangat persis bentuknya dengan piramida yang ada di mesir. umurnya diperkirakan jauh lebih tua dari pada piramida mesir sekitar 10.000 tahun sebelum masehi. karena sesungguhnya gunung padang bukanlah gunung melainkan bangunan berbentuk mirip dengan piramida yang telah terkena timbunan debu vulkanik sehingga terlihat seperti gunung yang sudah ditumbuhi pepohonan. didalam gunung padang dipercaya memiliki ruang didalamnya yang kini telah tertimbun tanah.
Dalam situs gunung padang ditemukan alat musik yang berupa batu persegi panjang yang bergelombang pada bagian atasnya, jika setiap gelombang dipukul, maka akan mengeluarkan bunyi yang berbeda antar gelombang satu dengan yang lain. dan alat musik dari batu itu dapat dimainkan dengan benar.
Lebih Dekat Dengan Kelima Teras di Gunung Padang Cianjur.
Puncak Situs Megalitikum Gunung Padang di kabupaten Cianjur, Jawa Barat memiliki 5 teras. Masing-masing teras memiliki susunan menhir rapi dari batuan andesit yang berbobot ratusankilogram.
Bagaimana gambaran detil masing-masing teras di situs yang diduga piramida yang lebih tua daripada piramida di Mesir ini? Mari kita melihat tiap teras situs seluas 4.000 meter persegi yang berada di ketinggian 885 mdpl itu.
Teras 5
Di teras tertinggi ini terdapat begitu banyak susunan batuan andesit. Ada satu susunan batu yang berbentuk kotak. Di dalam kotak terlihat batuan tersusun tidur menyerupai teras. Sementara tiap sisi dikelilingi menhir. Belum diketahui apa fungsi susunan batu tersebut untuk manusia periode megalitikum saat itu.
Menurut Zaenudin (30), salah seorang arkeolog dari Universitas Indonesia (UI), saat ditemui detikcom di lokasi, ruangan kotak tersebut biasa digunakan untuk pandaringan (tempat istirahat). Terdapat tapak bulat untuk sandaran kepala yang menghadap ke utara ke arah Gunung Gede.
Teras 4
Di teras ini terdapat ruang kotak yang dikelilingi menhir. Posisi ruang tersebut berada di bagian timur situs. Di bagian tengah ruang terdapat menhir. Para penjaga situs menyebutnya sebagai ‘batu gendong’.
“Barang siapa yang mampu mengangkat batu itu, permohonannya akan terkabul,” ucap Dadi (50), salah satu penjaga situs yang sudah bekerja selama hampir 11 tahun.
Teras 3
Teras ini pun serupa dengan teras 4. Terdapat ruang kotak yang dikelilingi menhir di tiap sisinya. Letaknya pun sama, berada di bagian timur situs. Sementara batuan lain yang berada di teras ini tidak jelas bentuknya, sebagian berdiri tegak sebagian lagi melintang.
Teras 2
Di tingkat situs megalitikum ini terlihat jumlah menhir yang ada lebih banyak dari puncak. Namun tidak terlihat bentuk ruang kotak seperti yang ditemukan di teras 3, 4, dan 5.
Ada yang menarik, salah satu batu terdapat guratan menyerupai kujang. Menurut arkeolog UI yang meneliti gunung Padang ini, Ali Akbar, guratan tersebut merupakan murni bagian dari proses alam dan bukan karya tangan manusia.
Di teras ini pun terdapat batu duduk yang menghadap ke utara. Kursi batu itu juga memiliki sandaran, namun sandaran kursi batu tersebut sekarang condong ke belakang. “Akibat pohon yang ditebang, jadinya condong ke belakang,” kata Zaenudin.
Teras 1
Inilah teras yang biasa disebut teras penyambutan setelah pengunjung bersusah payah menaiki anak tangga berjumlah 300-an.
Di bagian ini terdapat gundukan menhir, di sebelah timur terdapat batu gong dan batu gamelan. Disebut demikian karena batuan ini berbeda dengan batuan yang ada, keduanya mengeluarkan nada bila dipukul dengan batu ukuran sekepal. Yang pasti, nada yang dikeluarkan bukan do re mi fa so la si do.
Tidak jauh dari dua batu bernada, terdapat ruang kotak. Saat pengunjung berhasil menapaki teras pertama, serasa diarahkan masuk ke ruang berbentuk kotak yang tiap sisinya tersusun menhir. Terdapat gerbang masuk dan keluar yang tidak jauh dari batu gong dan gamelan.
“Katanya ruangan itu untuk penyambutan mereka yang naik ke sini. Sambil sesaji ada alunan musiknya,” terang Zaenudin.
Sementara gundukan menhir, lanjut Zaenudin, biasa disebut gunung masjid. “Karena diperkirakan ibadahnya dulu di sini,” ujarnya.
Untuk menaiki tiap teras, terdapat tangga-tangga yang terbuat dari susunan batu. Dari teras pertama ke teras dua akan disambut oleh gundukan menhir.
“Dulu gunungan ini bisa dibilang paling tinggi dan paling sakral, sehingga orang yang naik ke teras dua harus berbelok dan tidak menginjak gunungan itu,” ujar Zaenudin.
Susunan menhir ini, saat detikcom mencobanya, memang langsung berhadapan ke Gunung Gede. Ini berbeda dengan teras lainnya yang terhalang ketika menghadap ke utara.
Pembukaan semak-semak dan hasil pemindaian bumi dengan Georadar pada sisi Timur teras 2 ke arah bawah menemukan bentuk struktur pintu gerbang buatan manusia. Hasil pengambilan sampel dengan bor coring 1, memastikan struktur buatan manusia sampai dengan kedalaman -27m dari permukaan teras 3. Hasil pengambilan sampel dengan bor coring 2, menemukan struktur rongga2 besar buatan manusia yang berisi pasir dengan butiran yang sangat seragam. Hasil pengukuran dengan geomagnetik menemukan anomali medan magnetik yang besar pada teras 2.
6. Adanya tanda-tanda berbentuk gambar atau cekungan buatan manusia pada setiap batu yang berada di teras 1 s.d. 5. Penelitian mengenai makna bentuk gambar dan aksara yang terbentuk pada batu breksi andesit merupakan hal terbaru.
Selain riset dan survei, kajian pustaka terus dilakukan. Sebut saja pada Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat "kabuyutan" (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat ini[13]. Menurut legenda, Situs Gunungpadang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan.
Penelitian apakah di bawah permukaan Gunung Padang ada bangunan telah dilakukan oleh beberapa tim ahli : 1. Tim dari Badan Geologi ESDM; 2. Tim dari Kemenristek 3. Tim Arkeologi Nasional; 4. Tim Katastrofi Purba yang kemudian menjadi Tim Terpadu Riset Mandiri. Tim pertama, kedua, dan ketiga sudah menyimpulkan bahwa tidak ada bangunan di bawah permukaan gunung padang. Adapun luasan gunung padang adalah 900 meter persegi seperti sejak ditemukan NJ Krom. Ini kesimpulan final yang secara resmi hasil risetnya ada tertulis. Tim keempat, Tim terpadu Riset mandiri berkesimpulan berbeda dan sudah menemukan bukti kuat sebagai fakta awal bahwa ada bangunan di bawah permukaan gunung Padang, dan luasannya jauh lebih besar dari yang ada sekarang seperti yang disimpulkan ketiga tim lainnya. Dengan prinsip menghargai perbedaan dan menjaga etika riset, maka menjadi kewajiban tim terpadu untuk membuktikan lebih lanjut keseluruhan hipotesanya. Tim terpadu akan menepati janjinya, beberapa hari ke depan riset dilanjutkan. Diharapkan tidak lebih dari satu bulan, temuan baru sejarah Indonesia akan diumumkan. Kita berharap masyarakat mengawasi, para ahli saling menahan diri dan menghormati keberlangsungan riset beserta semua temuan risetnya nanti. Kita bangun iklim yang sehat dalam dunia riset Indonesia. Kita yakin keempat tim yang meneliti gunung padang memiliki niat dan kejujuran intelektual yang sama. Skeptisme tak dilarang, itu ciri saintis sejati. Dan, ciri saintis sejati pula untuk merubah skeptisme itu menjadi dukungan jika ternyata semua hipotesa terbukti.
Jika dilihat dari atas, gunung padang terlihat sangat persis bentuknya dengan piramida yang ada di mesir. umurnya diperkirakan jauh lebih tua dari pada piramida mesir sekitar 10.000 tahun sebelum masehi. karena sesungguhnya gunung padang bukanlah gunung melainkan bangunan berbentuk mirip dengan piramida yang telah terkena timbunan debu vulkanik sehingga terlihat seperti gunung yang sudah ditumbuhi pepohonan. didalam gunung padang dipercaya memiliki ruang didalamnya yang kini telah tertimbun tanah.
Dalam situs gunung padang ditemukan alat musik yang berupa batu persegi panjang yang bergelombang pada bagian atasnya, jika setiap gelombang dipukul, maka akan mengeluarkan bunyi yang berbeda antar gelombang satu dengan yang lain. dan alat musik dari batu itu dapat dimainkan dengan benar.
Lebih Dekat Dengan Kelima Teras di Gunung Padang Cianjur.
Puncak Situs Megalitikum Gunung Padang di kabupaten Cianjur, Jawa Barat memiliki 5 teras. Masing-masing teras memiliki susunan menhir rapi dari batuan andesit yang berbobot ratusankilogram.
Bagaimana gambaran detil masing-masing teras di situs yang diduga piramida yang lebih tua daripada piramida di Mesir ini? Mari kita melihat tiap teras situs seluas 4.000 meter persegi yang berada di ketinggian 885 mdpl itu.
Teras 5
Di teras tertinggi ini terdapat begitu banyak susunan batuan andesit. Ada satu susunan batu yang berbentuk kotak. Di dalam kotak terlihat batuan tersusun tidur menyerupai teras. Sementara tiap sisi dikelilingi menhir. Belum diketahui apa fungsi susunan batu tersebut untuk manusia periode megalitikum saat itu.
Menurut Zaenudin (30), salah seorang arkeolog dari Universitas Indonesia (UI), saat ditemui detikcom di lokasi, ruangan kotak tersebut biasa digunakan untuk pandaringan (tempat istirahat). Terdapat tapak bulat untuk sandaran kepala yang menghadap ke utara ke arah Gunung Gede.
Teras 4
Di teras ini terdapat ruang kotak yang dikelilingi menhir. Posisi ruang tersebut berada di bagian timur situs. Di bagian tengah ruang terdapat menhir. Para penjaga situs menyebutnya sebagai ‘batu gendong’.
“Barang siapa yang mampu mengangkat batu itu, permohonannya akan terkabul,” ucap Dadi (50), salah satu penjaga situs yang sudah bekerja selama hampir 11 tahun.
Teras 3
Teras ini pun serupa dengan teras 4. Terdapat ruang kotak yang dikelilingi menhir di tiap sisinya. Letaknya pun sama, berada di bagian timur situs. Sementara batuan lain yang berada di teras ini tidak jelas bentuknya, sebagian berdiri tegak sebagian lagi melintang.
Teras 2
Di tingkat situs megalitikum ini terlihat jumlah menhir yang ada lebih banyak dari puncak. Namun tidak terlihat bentuk ruang kotak seperti yang ditemukan di teras 3, 4, dan 5.
Ada yang menarik, salah satu batu terdapat guratan menyerupai kujang. Menurut arkeolog UI yang meneliti gunung Padang ini, Ali Akbar, guratan tersebut merupakan murni bagian dari proses alam dan bukan karya tangan manusia.
Di teras ini pun terdapat batu duduk yang menghadap ke utara. Kursi batu itu juga memiliki sandaran, namun sandaran kursi batu tersebut sekarang condong ke belakang. “Akibat pohon yang ditebang, jadinya condong ke belakang,” kata Zaenudin.
Teras 1
Inilah teras yang biasa disebut teras penyambutan setelah pengunjung bersusah payah menaiki anak tangga berjumlah 300-an.
Di bagian ini terdapat gundukan menhir, di sebelah timur terdapat batu gong dan batu gamelan. Disebut demikian karena batuan ini berbeda dengan batuan yang ada, keduanya mengeluarkan nada bila dipukul dengan batu ukuran sekepal. Yang pasti, nada yang dikeluarkan bukan do re mi fa so la si do.
Tidak jauh dari dua batu bernada, terdapat ruang kotak. Saat pengunjung berhasil menapaki teras pertama, serasa diarahkan masuk ke ruang berbentuk kotak yang tiap sisinya tersusun menhir. Terdapat gerbang masuk dan keluar yang tidak jauh dari batu gong dan gamelan.
“Katanya ruangan itu untuk penyambutan mereka yang naik ke sini. Sambil sesaji ada alunan musiknya,” terang Zaenudin.
Sementara gundukan menhir, lanjut Zaenudin, biasa disebut gunung masjid. “Karena diperkirakan ibadahnya dulu di sini,” ujarnya.
Untuk menaiki tiap teras, terdapat tangga-tangga yang terbuat dari susunan batu. Dari teras pertama ke teras dua akan disambut oleh gundukan menhir.
“Dulu gunungan ini bisa dibilang paling tinggi dan paling sakral, sehingga orang yang naik ke teras dua harus berbelok dan tidak menginjak gunungan itu,” ujar Zaenudin.
Susunan menhir ini, saat detikcom mencobanya, memang langsung berhadapan ke Gunung Gede. Ini berbeda dengan teras lainnya yang terhalang ketika menghadap ke utara.
BELIEVE.
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Gunung_Padang
https://www.facebook.com/pages/Wisata-Kepulauan-Seribu-Murah/261470887200734?ref=tn_tnmn




0 komentar